A Caper "Catatan Perjalanan" that changes my lifestyle
Berawal dari tugas ke Semarang & Salatiga sekitar April 2010, dimana saat itu aku masih tinggal di Sidoarjo sedangkan istri di Ciledug - Tangerang. Menjalani hidup sebagai commuter Sidoarjo - Jakarta - Tangerang lebih banyak kulewati dengan burung besi berkonsep LCC maupun ular besi. Citilink, Air Asia, Lion Air, Sembrani dan Gumarang terasa begitu akrab dengan weekendku. Bahkan web Semboyan 35 merupakan salah satu web yang sering kukunjungi di saat waktu senggang, meskipun aku belum pernah tergabung di dalamnya. Tugasku ke tengah pulau jawa itu selesai sehari sebelum long weekend, jadi tidak mungkin rasanya aku harus balik ke Sidoarjo. Berpisah dengan rekan-rekan kerja yang lain di perbatasan Salatiga dan Kabupaten Semarang. Disini aku bingung harus naik apa ke Jakarta. Dengan bermodal HP N*k*a boncel yang alhamdulillah sudah bisa mengakses GPRS akhirnya aku menemukan jawabannya, "iya" ke terminal Bawen untuk selanjutnya mencari bus tujuan Jakarta.
Setelah bernego dengan mas agen segala macam bus (jualan utamanya sih patas Ramayana) akhirnya aku memilih Kramad Djati kelas VIP untuk tujuan Lebak Bulus. Sempat bingung kelas VIP itu apaan? yang aku tau selama ini ya cuma ekonomi, ATB, Patas, Exe, dan SE.. ndeso hehe. Kramat Djati menjadi pilihanku saat itu karena yang ada di benakku bis tujuan Jakarta itu ya cuma Lorena, Pahala Kencana, Safari Dharma Raya dan Kramat Djati (maklumlah di Jember adanya cuma itu..hehe). Sambil menunggu jadwal keberangkatan yang masih sekitar 3 jam lagi, kuteruskan penelusuranku ke dunia maya mengenai alat transportasi yang akan mengantarku ke Ibukota tersebut. Sebuah tulisan berjudul "Gajah Sprinter, jagonya sprint" begitu memikat hatiku (Catatan perjalanan dari Didik Edhi diwww.bismania.org). Ternyata ada juga ya orang yang begitu mengenal spesifikasi bus, dan sangat menikmati perjalanannya. Terus terang sampai saat itu bis masih merupakan alternatif terakhir jika alat transpotasi lainnya gagal kudapatkan, entah itu karena kehabisan tiket atupun harga tiketnya yang tak terjangkau. Sebenarnya aku sudah beberapa kali merasakan Ngebis jarak jauh, Lorena (Jember - Jakarta), Safari Darma Raya (Jember - Jakarta), Mawar (Surabaya-Jakarta), Akas/Mila (Jember-Jogja) dan yang paling spektakuler Jember - Bengkulu dengan Damri kelas Ekonomi saat masih kuliah dulu, tapi semuanya tidak bisa kunikmati seperti sang pujangga yang sedang ada di kabin Gajah Sprinter tersebut.
Mencoba mencari jawaban dengan bantuan konsep bertanya "5 mengapa?" kesimpulan yang bisa kuambil adalah "mungkin karena mengerti banyak tentang dunia perbisan makanya sang pujangga yang menunggangi gajah sprinter tersebut bisa menikmati perjalanannya". Hampir 4 jam aku menelusuri dunia maya yang mengupas tuntas dunia perbisan tersebut. Tak terasa menjelang magrib bus yang akan mengantarku ke ibukota pun datang, terlambat hampir 2 jam dari jadwal semula, akupun bergegas naek dengan mendapatkan sedikit gambaran tentang komunitas pecinta bis yang menamakan dirinya sebagai "bismania". Jam 06.00 keesokan harinya bus Kramad Djati jurusan Ponorogo - Ciledug yang kunaikipun finish di terminal Lebak bulus, penumpang tujuan Ciledug diantar ke terminal Lembang dengan isuzu elf.
Setelah 2 hari menghabiskan waktu dengan istri tercinta tibalah saatnya berburu tiket untuk balik ke ladangku di Sidoarjo. KA dah gak mungkin dapat, burung besi sudah pasti harganya selangit. Akhirnya aku mengajak istriku ke garasi OBL di Kebayoran Lama, dimana sebelumnya aku menunjukkan caper tentang Gajah Sprinter yang sangat menginspirasiku memilih gajah untuk kembali ke Sidoarjo. Selama ini istriku masih membayangkan bahwa naek bis itu ya seperti naek bis kota di jakarta. Kalo gak super ugal-ugalan seperti Metro Mini/Kopaja ya bis yang super lemot seperti Bianglala AC 44, dengan kabin yang sempit dan jorok. Bis paling bagus yang pernah dinaikinya mungkin hanya bus PATAS Surabaya - Jember .. . Akhirnya pulang ke Sidoarjo aku menggunakan Armada sang gajah, meski sedikit telat masuk Surabaya tapi kebersihan kabin dan kenyamanan perjalannya mulai sedikit aku nikmati. Sebulan setelah itu istri, mertua dan adik iparkupun ikut merasakan naek gajah dari kebayoran menuju Jember. Ternyata mertuaku cukup puas, dengan pelayanan Gajah dari kebayoran tersebut.
Rasa penasaranku akan komunitas bismania semakin menjadi. Berbagai tulisan dan laman tentang dunia perbisan mulai kugali-satu persatu. Di sini aku mulai mengetahui ternyata komunitas penggemar bis itu cukup banyak. Bahkan lebih banyak variannya daripada komunitas pecinta kereta (rail fans) maupun pecinta dunia penerbangan (Indoflyer).Dalam beberapa bulan penelusuran aku mulai akrab dengan istilah 1525, 1521, 1518, RK, RG, overhang, ngeblong, sarkawi, intercooler, king, dll. Dan topik yang paling kucari pastinya adalah catatan perjalanan (caper). Beberapa caper yang selalu kuingat adalah caper-caper penuh makna dari Pak Didik SS, Caper arjuna mencari cinta dalam serial Kiperpon, caper-caper jenaka ala Koh Hari BW, caper penuh prosa ala Mas Didik Edhi dan caper-caper luar biasa dari rekan-rekan lainnya, baik itu dari bismania.org maupun blog pribadinya masing-masing. Ternyata naik bis akan sangat menyenangkan jika diabadikan dalam sebuah tulisan.
Alhamdulillah sekitar pada September 2010 akhirnya aku diminta pindah ke kantor pusat perusahaan tempatku bekerja di Jakarta. Sungguh nikmat tersendiri bisa bekerja di tidak jauh dengan istri. Sekitar oktober 2010 akhirnya aku memilih bergabung dengan maillist tercinta ini. Sayang sekali aku baru menemukan komunitas bismania ini di saat-saat akhir menjadi seorang komuter. Aku justru menjadi seorang bismania disaat kondisi sangat jarang mencicipi perjalanan dengan sebuah bis. . Kurang lebih setelah tiga bulan bergabung dengan maillist bismania barulah aku merasakan naek bis jarak jauh kembali. Dan rasanya memang beda, meskipun Pahala Kencana yang kunaiki saat itu mengalami trouble tapi aku masih bisa menikmati perjalan tersebut. Empat bulan kemudian aku berkesempatan mencicipi jetbusnya akas Asri yang masih gress dan langsung kuabadikan dalam sebuah Caper.
Kenikmatanku sebagai bismaniapun bertambah ketika aku mendapatkan rejeki untuk mencicil sebuah rumah mungil yang tembok perumahannya langsung berbatasan dengan terminal Poris Plawad di Tangerang. Meskipun kalo ada kopdar di poris juga masih sering titip absen saja . Boleh dibilang untuk saat ini naik bis menjadi kebanggaan tersendiri bagiku. Entah mungkin aku sudah bosan dengan penerbangan yang hampir tiap minggu kulalui dengan lebih banyak delay atau sebab lainnya. Yang pasti aku selalu punya cerita ketika menaiki sebuah bus, kondisi yang tidak pernah kudapatkan saat menjadi penumpang ular atau burung besi.
Setelah bernego dengan mas agen segala macam bus (jualan utamanya sih patas Ramayana) akhirnya aku memilih Kramad Djati kelas VIP untuk tujuan Lebak Bulus. Sempat bingung kelas VIP itu apaan? yang aku tau selama ini ya cuma ekonomi, ATB, Patas, Exe, dan SE.. ndeso hehe. Kramat Djati menjadi pilihanku saat itu karena yang ada di benakku bis tujuan Jakarta itu ya cuma Lorena, Pahala Kencana, Safari Dharma Raya dan Kramat Djati (maklumlah di Jember adanya cuma itu..hehe). Sambil menunggu jadwal keberangkatan yang masih sekitar 3 jam lagi, kuteruskan penelusuranku ke dunia maya mengenai alat transportasi yang akan mengantarku ke Ibukota tersebut. Sebuah tulisan berjudul "Gajah Sprinter, jagonya sprint" begitu memikat hatiku (Catatan perjalanan dari Didik Edhi diwww.bismania.org). Ternyata ada juga ya orang yang begitu mengenal spesifikasi bus, dan sangat menikmati perjalanannya. Terus terang sampai saat itu bis masih merupakan alternatif terakhir jika alat transpotasi lainnya gagal kudapatkan, entah itu karena kehabisan tiket atupun harga tiketnya yang tak terjangkau. Sebenarnya aku sudah beberapa kali merasakan Ngebis jarak jauh, Lorena (Jember - Jakarta), Safari Darma Raya (Jember - Jakarta), Mawar (Surabaya-Jakarta), Akas/Mila (Jember-Jogja) dan yang paling spektakuler Jember - Bengkulu dengan Damri kelas Ekonomi saat masih kuliah dulu, tapi semuanya tidak bisa kunikmati seperti sang pujangga yang sedang ada di kabin Gajah Sprinter tersebut.
Mencoba mencari jawaban dengan bantuan konsep bertanya "5 mengapa?" kesimpulan yang bisa kuambil adalah "mungkin karena mengerti banyak tentang dunia perbisan makanya sang pujangga yang menunggangi gajah sprinter tersebut bisa menikmati perjalanannya". Hampir 4 jam aku menelusuri dunia maya yang mengupas tuntas dunia perbisan tersebut. Tak terasa menjelang magrib bus yang akan mengantarku ke ibukota pun datang, terlambat hampir 2 jam dari jadwal semula, akupun bergegas naek dengan mendapatkan sedikit gambaran tentang komunitas pecinta bis yang menamakan dirinya sebagai "bismania". Jam 06.00 keesokan harinya bus Kramad Djati jurusan Ponorogo - Ciledug yang kunaikipun finish di terminal Lebak bulus, penumpang tujuan Ciledug diantar ke terminal Lembang dengan isuzu elf.
Setelah 2 hari menghabiskan waktu dengan istri tercinta tibalah saatnya berburu tiket untuk balik ke ladangku di Sidoarjo. KA dah gak mungkin dapat, burung besi sudah pasti harganya selangit. Akhirnya aku mengajak istriku ke garasi OBL di Kebayoran Lama, dimana sebelumnya aku menunjukkan caper tentang Gajah Sprinter yang sangat menginspirasiku memilih gajah untuk kembali ke Sidoarjo. Selama ini istriku masih membayangkan bahwa naek bis itu ya seperti naek bis kota di jakarta. Kalo gak super ugal-ugalan seperti Metro Mini/Kopaja ya bis yang super lemot seperti Bianglala AC 44, dengan kabin yang sempit dan jorok. Bis paling bagus yang pernah dinaikinya mungkin hanya bus PATAS Surabaya - Jember .. . Akhirnya pulang ke Sidoarjo aku menggunakan Armada sang gajah, meski sedikit telat masuk Surabaya tapi kebersihan kabin dan kenyamanan perjalannya mulai sedikit aku nikmati. Sebulan setelah itu istri, mertua dan adik iparkupun ikut merasakan naek gajah dari kebayoran menuju Jember. Ternyata mertuaku cukup puas, dengan pelayanan Gajah dari kebayoran tersebut.
Rasa penasaranku akan komunitas bismania semakin menjadi. Berbagai tulisan dan laman tentang dunia perbisan mulai kugali-satu persatu. Di sini aku mulai mengetahui ternyata komunitas penggemar bis itu cukup banyak. Bahkan lebih banyak variannya daripada komunitas pecinta kereta (rail fans) maupun pecinta dunia penerbangan (Indoflyer).Dalam beberapa bulan penelusuran aku mulai akrab dengan istilah 1525, 1521, 1518, RK, RG, overhang, ngeblong, sarkawi, intercooler, king, dll. Dan topik yang paling kucari pastinya adalah catatan perjalanan (caper). Beberapa caper yang selalu kuingat adalah caper-caper penuh makna dari Pak Didik SS, Caper arjuna mencari cinta dalam serial Kiperpon, caper-caper jenaka ala Koh Hari BW, caper penuh prosa ala Mas Didik Edhi dan caper-caper luar biasa dari rekan-rekan lainnya, baik itu dari bismania.org maupun blog pribadinya masing-masing. Ternyata naik bis akan sangat menyenangkan jika diabadikan dalam sebuah tulisan.
Alhamdulillah sekitar pada September 2010 akhirnya aku diminta pindah ke kantor pusat perusahaan tempatku bekerja di Jakarta. Sungguh nikmat tersendiri bisa bekerja di tidak jauh dengan istri. Sekitar oktober 2010 akhirnya aku memilih bergabung dengan maillist tercinta ini. Sayang sekali aku baru menemukan komunitas bismania ini di saat-saat akhir menjadi seorang komuter. Aku justru menjadi seorang bismania disaat kondisi sangat jarang mencicipi perjalanan dengan sebuah bis. . Kurang lebih setelah tiga bulan bergabung dengan maillist bismania barulah aku merasakan naek bis jarak jauh kembali. Dan rasanya memang beda, meskipun Pahala Kencana yang kunaiki saat itu mengalami trouble tapi aku masih bisa menikmati perjalan tersebut. Empat bulan kemudian aku berkesempatan mencicipi jetbusnya akas Asri yang masih gress dan langsung kuabadikan dalam sebuah Caper.
Kenikmatanku sebagai bismaniapun bertambah ketika aku mendapatkan rejeki untuk mencicil sebuah rumah mungil yang tembok perumahannya langsung berbatasan dengan terminal Poris Plawad di Tangerang. Meskipun kalo ada kopdar di poris juga masih sering titip absen saja . Boleh dibilang untuk saat ini naik bis menjadi kebanggaan tersendiri bagiku. Entah mungkin aku sudah bosan dengan penerbangan yang hampir tiap minggu kulalui dengan lebih banyak delay atau sebab lainnya. Yang pasti aku selalu punya cerita ketika menaiki sebuah bus, kondisi yang tidak pernah kudapatkan saat menjadi penumpang ular atau burung besi.
0 Response to "CATATAN PERJALANAN {CAPER} faqih bis mania"
Posting Komentar